Psikologi dalam Konstruksi Kwarganegaraan
Kehidupan
ini seperti halnya roda yang berputar, kadang di bawah, kadang juga di atas.
Yang terpenting dalam kehidupan ini bukanlah keberadaan posisi kita berada di
atas atau di bawah. Namun, seberapa sadarnya kita dalam posisi yang ada dan melakukan
sebuah tindakan untuk menyikapinya.
Yang
menjadikan kita bahagia di dunia bukanlah harta, tahta, dan wanita. Walaupun
kita bisa bahagia dengan itu semua, namun itu bukanlah kebahagian yang bersifat
absolute entinity (kemutlakan sebuah bentuk). Karena kebahagiaan
bukanlah terletak pada hal yang material
namun jauh di dasar sebuah bentuk material yang disebut “jiwa”.
Kalau
kita hanya memaknai hidup hanya sebatas hidup, maka “monyet” pun hidup. Sama
halnya kalau kita hanya kerja sebatas kerja “babi” pun kerja, yaitu makan.
Dengan demikian jelas, aktivitas kerja kita tidak hanya ditujukan untuk
pemenuhan materi jasad akan tetapi mempertimbangkan kondisi psikologis.
Berhubungan
dengan konteks kwarganeegaraan, dalam pembuatan kebijakan haruslah memperhatikan
kondisi psikologis. Agar kebijakan yang ada mampu menembus dimensi-dimensi yang
tidak mampu dijamah melalui pendekatan empirik yang bersifat rasional sehingga
kebijakan yang ada terlihat lebih humanis.
Dikutip dari : http://bhatara-kamanjaya.blogspot.co.id/2016/01/psikologi-dalam-konstruksi-kwarganergaraan.html
No comments:
Post a Comment